Ayam dan Bebek

Karena saya sudah lama tidak menulis, maka perlu pemanasan lagi untuk menulis. Sebagai pembukaan, saya menulis ulang salah satu bab dari buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya oleh Ajahn Brahm. Semoga kisah ini memberikan inspirasi untuk kita semua. 🙂

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di kejauhan: “Kuek ! Kuek !”

“Dengar, itu pasti suara ayam”, kata si istri.

“Bukan, bukan. Itu suara bebek, “kata si suami.

“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.

“Mustahil. Suara yam itu ‘kukuruyuuuuk !’, bebek itu ‘kuek ! kuek !. Itu bebek, sayang “, kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

“Kuek ! kuek !” terdengar lagi.

“Nah, tuh ! Itu suara bebek, “ kata si suami.

“Bukan, sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tanda si istri sembari menghentakkan kaki.

“Dengar ya ! Itu a…da…lah…. Be…bek. B-E-B-E-K. Bebek ! Mengerti ?” si suami berkata dengan gusar.

“Tapi itu ayam”, masih saja si istri bersikeras.

“Itu jelas-jelas bue..bebek, kamu…kamu….” (terdengar lagi suara “Kuek ! Kuek !” sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.)

Si istri sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam…. “

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, “Maafkan aku, sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok.”

“Terima kasih, sayang, “ kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

“Kuek ! Kuek !”, terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita di atas bahwa si suami akhirnya sadar adalah siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam indah itu. Berapa banyak hubungan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal “ayam atau bebek”?

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin , amat sangat mantap, mutlak bahwa kita itu benar, namun belakangan ternyata kita salah. Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

sumber : Ajahn Brahm – cacing dan kotoran kesayangannya (Membuka pintu hati)

Diterbitkan oleh FajarNugroho

Seorang yang sekarang bergelut dengan komputer dan bahasa bahasa asing yang tidak biasa digunakan oleh manusia pada umumnya.

7 tanggapan untuk “Ayam dan Bebek

  1. Sudah seharusnya masalah yang sepele itu tidak perlu dibesar-besarkan. Karena hal itu hanya akan merusak suatu hubungan yang sangat penting/sakral seperti Pernikahan.

    Suka

Tinggalkan komentar