Dua hari yang lalu, dan kemaren adalah dua hari berturut-turut yang membuat saya menulis tulisan ini. Keduanya adalah ketika saya melihat siaran berita di salah satu stasiun TV swasta yang tumbuh di negri ini. Berita itu berisi mengenai masalah jalan yang berlubang di jakarta.
Ada dua berita yang membuat hati saya tidak enak. bukan lantaaran isi berita yaitu jalan yang berlubang. Namun karena cara pandang pemberitaannya. Hari senin, isi beritanya begini, “Salah satu masalah yang ada di Ibu Kota adalah banyak jalan yang berlubang … bla…bla…”. Kemudian pada hari selasa ada berita yang bunyinya “Perbaikan jalan di Jl. Xxxx membuat macet,…bla…bla…bla…”. Itulah yang membuat hati saya tidak enak.
Mengapa hetiku tidak enak mendengar dua kalimat ini. Bukan lantaran kalimatnya. tetapi lantaran cara berfikir dunia jurnalis kita. Jalan berlubang, pemerintah disalahkan. diperbaiki, beritanya bukan perbaikannya, tapi malah efek samping yang ditimbulkan ketika perbaikan. Apasih maunya? Bukankah dimana pun perbaikan jalan memang harus memakan sebagian ruas jalan? untuk apa? tentunya untuk kebaikan di masa datang.
Coba camkan baik baik. Bisakah wartawan menuliskan sisi negatif dan positif secara lebih objektif. Contoh ini hanya sebagian kecil dari banya berita yang menyebabkan orang atau instansi yang di beritakan serba salah. Masih banyak berita lainnya yang menggiring pemikiran pembaca untuk membenci seseorang atau instansi atau menyukai seseorang atau instansi, dan berita-berita itu tidak bersifat objektif. Ingatlah ketika tiba hari pembalasan.
wah nek gak gitu gak payu kie jar, sesuatu musti dibuat booming, meledak, heboh, tak beraturan, wkwkwkw… aneh khan , dunia emang aneh
SukaSuka
begitulah ciri wartawan … harus punya bahan untuk dijadikan berita. yang penting kan cara kita menanggapi berita tersebut.
SukaSuka
aku pernah jadi wartawan, jar. dan ya memang gitu…
kalo misalnya narasumber ngeluh jalan nggak diperbaiki, ya memang itu yang kita tulis. trus kalo memang ada narasumber lain yang ngeluh perbaikan jalan bikin macet, itu juga yang harus kita tulis. berita sifatnya beda dengan opini, soale š
SukaSuka
emang neh wartawan suka bikin rusuh..emang dunia cuman miliknya apa..
SukaSuka
klo saya sie mikirnya emang wartawan d indonesia memposisikan diri jadi oposisi pemerintah …
SukaSuka
Memposisikan diri jadi oposisi pemerintah kalo ga dapet jatah..
he he……
*kabur nda digebukkin Persatuan Wapaitu Indonesia trus dimasukkin ke koran dengan judul ‘Kisah tertangkapnya maling ayam’
SukaSuka
nek kata rs itu bahasa wartwan. halah,,,
SukaSuka